Selasa, 16 Juni 2009, saya menapakan kaki di pulau Nusa Penida, dengan satu keinginan yang kuat untuk menemukan satu Pura Penataran Pande. Setelah tiba, saya menuju ke sebuah penginapan di Desa Batununggul, kemudian menghubungi seorang teman untuk meminjam sebuah sepeda motor, guna melakukan sebuah perjalanan yang saya tidak ketahui harus mulai darimana, karena ternyata teman saya tadi mengatakan tidak ada Pura Pande setingkat Penataran, saya mulai berpikir, “yah kalo gak ada, ya Pura Paibon atau Mrajan Gede cukup”.
Perlu saya sampaikan bahwa, dalam pemikiran saya, untuk sebuah pulau dengan penduduk yang cukup besar, biasanya para leluhur Pande pasti membuat sebuah Pura Penataran, yang merupakan induk dari Pura Paibon/Mrajan Gede/Pura Dadya. Tapia apa, setelah menelpon beberap teman asal Nusa Penida, baik yang ada di Nusa Penida maupun yang ada di Bali, sempat juga bertanya di facebook, nyari di Internet, ternyata tidak ada seorangpun yang tahu keberadaan Pura setingkat Penataran di Nusa Penida. Dari informasi awal saya hanya diberitahu bahwa di beberapa desa ada pura Paibon Pande. Akhirnya saya putuskan untuk melakukan perjalanan tanpa arah yang jelas.
Setelah makan siang dan istirahat sejenak, sekitar pukul 14.00 wita, saya seorang diri melakukan perjalanan, teringat akan dijalur barat ada sebuah SPBU, saya arahkan perjalanan ke barat dengan maksud membeli bensin dulu. Ternyata SPBU disana belum buka, maka saya putuskan untuk membeli bensin disebuah warung. Tiba di warung, saya beli bensin, dan tak lupa bertanya “dimana ada Pura Penataran Pande, ternyata ibu pemilik warung itu tidak tahu juga, tapi tunggu sebentar, “OM NAMAH SIWAYA” ternyata ada seorang ibu dengan seorang anaknya yang datang membeli sesuatu. Pemilik warung bertanya kepada ibu pembeli, dan pembeli itu menunjukan disebuah desa ada sebuah pura setingkat penataran miliki warga Pande. Setelah mengucapkan terimakasih, saya langsung meluncur ke desa tersebut.
Pura Penataran Pande ada di Dusun Sebunibus Desa Sakti, sekitar 5 Km arah barat selatan dari desa Kutampi Kaler tempat saya beli bensin. Saya mengendarai motor dengan jalan yang sering menanjak. Setelah melewati tapal batas desa pakraman Sebunibus, saya mulai memelankan laju kendaraan, setelah sekian lama belum juga ketemu. Akhirnya saya melihat seorang anak kecil sedang berjalan searah dengan saya, saya berhenti dan bertanya, eh anak kecil tersebut ternyata tahu dimana tempatnya, dan meminta saya memboncengnya, karena tujuannya sangat berdekatan dengan lokasi pura.
Anak kecil, yang saya tidak sempat tanyakan namanya, ternyata seorang warga Pande, dia minta turun di depan Balai Desa Pakraman Sebunibus, setelah turun dia menunjukan jalan ke Pura Penataran Pande, dan berlari layaknya anak kecil, mungkin pulang ke rumahnya. Saya membelok motor masuk areal Balai desa, masuk ke gang kecil di belakang balai desa, karena lokasi pura ada di gang tersebut.
Sampai di jaba Pura, saya melihat ada tanda-tanda renovasi yang sedang dilakukan, saya celingak celinguk, tidak ada seorang pun di dalam Pura, tidak ada pekerja, tidakada Jro Mangku juga tidak ada warga satupun di Pura. Saya alihkan perhatian ke sebelah selatan pura di sana ada beberapa penduduk sedang mengerjakan sebuah bangunan untuk sanggah, mungkin akan dijual, saya bertanya, “dimana rumah Jro Mangku”. Ternyata yang ngemong Pura Penataran Pande bukan seorang Jro Mangku, melainkan seorang Jro Gede, setingkat diatas Pemangku, setelah memeberikan alamat rumah Jro Gede, saya langsung meluncur kesana.
Rumah (jero) Jro Gede ada disebelah utara balai desa, sekitar 500 M, ditandai dengan warung kecil, pos kamling kecil dan sebuah pohon asem. Saya turun dari kendaraan dan bertanya, ternyata betul disana, dan kebetulan Beliau ada dirumah. ‘OM SWASTYASTU’ saya melihat beliau sedang nyurat lontar, beliau seorang yang sudah sepuh, kurang lebih 60-65 tahunan, didampingi oleh seorang istri yang juga terlihat sudah sepuh. Setelah sedikit basi basi, selanjutnya beliau bercerita :
Pura Penataran Pande yang beliau among adalah satu-satunya Pura Penataran Pande yang ada di Nusa Penida, sehingga dipuja oleh seluruh warga Pande di Nusa Penida, namun diempon eloh sekitar 107 warga Pande di Desa Sakti Nusa Penida. Secara spesifik beliau tidak tahu pasti apakah kawitan beliau dari Tusan, dari Beratan atau dari Kamasan. Kedatangan warga Pande ke Nusa Penida diperkirakan saat mengikuti hijrahnya Dalem Saang (?) dari Gelgel untuk menjadi penguasa di Nusa Penida. Setelah menerima perintah, kelompok warga Pande yang akan berangkat ke Nusa Penida, tidak bisa berangkat pada hari yang ditentukan oleh Dalem, sehingga Dalem berangkat terlebih dahulu, baru keesokan harinya warga Pande bisa berangkat, karena alasan masih mengerjakan tugas yang belum bisa diselesaikan.
Dalem mendarat disekitar Pura Penataran Ped, dan melanjutkan perjalanan membuat istana disekitar desa Saab. Keesokan harinya warga Pande tiba, langsung melanjutkan perjalanan ke Saab, dalam perjalanan warga Pande istirahat di Dehan. Dari Dehan inilah kemudian warga Pande menyebar ke seluruh pelosok Nusa Penida. Ada yang ke Limo, Klumpu dan Sebunibus dan lain-lain. Tidak diceritakan mengapa Pura Penataran Pande dibangun di Sebunibus, apak karena jumlah warga yang ada cukup besar, tidak ada yang tahu.
Jero Gede, saat ini dipercayakan oleh warga Pande untuk muput segala upacara warga Pande, baik dewa yadnya, manusa yadnya, bhuta yadnya maupun pitra yadnya, kalau toh warga menginginkan menggunakan Sira Mpu, tetap tidak menjadi persoalan. Namun ada cerita menarik dari Jro Gede,pada tahun 1968-1970 ada ngaben masal di Nusa Penida, warga Pande disana melaksanakan ngaben kelompok yang dipuput oleh Jro Gede yang pada saat itu masih bergelar Jro Mangku. Jro Mangku muput dari awal sampai akhir upacara pengabenan warga Pande. Pada pertengahan upacara di ngaskara, tiba-tiba datang seorang polisi yang meminta upacara dihentikan dan langsung menginterogasi Jro Mangku. Dengan inti pertanyaan, apa hak jro mangku muput upacara pengabenan, dimana minta tirta pangentas. Dengan diplomatis Jro Gede yang saat itu bergelar Jro Mangku menjawab, yang muput upacara adalah Ida Bhatara Kawitan, serta minta tirta pangentas pada Bhatara Kawitan. Setelah melewati diskusi yang cukup lama, akhirnya upacara dilanjutkan kembali tanpa halangan.
Setelah cukup lama, akhirnya saya mohon diri hendak melakukan persembahyangan ke Pura Penataran Pande, namun Jro Gede tidak bisa mengantar karena akan melanjutkan pekerjaannya yaitu menyurat lontar tentang Kajang Pande yang terhenti akibat kedatangan saya. Sebelum pergi saya serahkan tiga buah judul buku, masing-masing dua buah, yaitu Pande Menggugat, Napak Tilas Perjuangan Leluhur dan Mengenal Jati Diri.
Saya kembali ke Pura Penataran Pande, setiba disana saya melihat-lihat dulu sekeliling Pura. Pura ini cukup luas. Dengan Pemedal Agung menghadap ke Barat, namun disebelah selatan terdapat pintu pamletasan. Pura Penataran Pande ternyata berdampingan dengan Pura Ibu Pande, yang terletak disebelah selatan, yang dihubungkan dengen sebuah pintu kecil. Di Pura Penataran Pande saat ini dilakukan renovasi Balai Gong yang pembiayaannya merupakan sumbangan dari seseorang. Sebagaimana umumnya Pura Penataran, di sana terdapat Pesamuan, Manjangan Saluang, Padmasana, juga terdapat Prapen. Dari bentuk Prapen tersebut dapat diperkirakan bahwa pada masa lalu kebanyakan warga Pande disana melakukan pekerjaan Angandring.
Setelah puas berkeliling, saya bingung mau sembahyang tidak bawa bunga, tapi eh.. datang seorang ibu dengan anak perempuan kecil sekitar 5 tahun hendak menghaturkan sesajen. Maka dengan malu-malu saya minta bunga dan dupa guna sembahyang. Selesai sembahyang, saya foto-foto kemudian mapamit kembali ke penginapan.
Atas tuntunan Bhatara Kawitan, saya akhirnya dapat memenuhi kewajiban samskara untuk tirtayatra ke Pura Penataran Pande di Nusa Penida dan mengabarkan keberadaan warga kita di Nusa Penida. Buat Maha Semaya Warga Pande di semua tingkatan, kira perlu memberikan perhatian kepada Jro Gede, karena kondisi ekonomi beliau belum memadai, sebagai jan banggul warga di Pura Penataran. Buat Warga Pande dimana saja berada, jika hendak melakukan persembahyangan ke Pura Dalem Ped Nusa Penida, hendaknya tidak mengabaikan Pura Penataran Pande di Sebunibus. Dari Pura Dalem Ped ke Pura Penataran Pande kurang lebih 4 Km kea rah barat.
OM TAT SAT
OM SANTIH, SANTIH, SANTIH OM
No comments:
Post a Comment