Sunday, January 11, 2009

Pande Tamblingan 4

Kawasan Tambilangan dihancur leburkan oleh Arya Cengceng
Sekarang marilah kita kembali pada pertanyaan yang telah dikemukakan diatas. Pertanyaannya adalah mengapa Pande Tamblingan menyembunyikan prasasti-prasasti dan perabot-perabot memande lainnya dan mengapa mereka pergi mengungsi menyelamatkan diri dengan mennggalkan kampung halamannya.
Dalam tulisan Adnyana Ole mengenai penemuan bilah-bilah prasasti Tamblingan itu, yang dimuat dalam Balipost edisi 5 Oktober 2002, yang berjudul ’Menelusuri Jejak masa Lalu Disisi Danau Tamblingan’, kepergian orang Tamblingan meninggalkan wilayahnya entah kemana, dipertanyakan juga, sebagaimana dikemukan dalam penutup tulisannya sebagai berikut:
”Peneliti itu belum juga mengetahui penyebab masyarakat itu meninggalkan wilayah Tamblingan, apakah karena bencana alam atau daerah itu memang ditinggalkan dengan sengaja. Jika ditinggalkan dengan sengaja, pertanyaan berikutnya, kemana mereka pergi? Jawabannya bisa diperoleh beso, bisa juga satu abad mendatang, karena proses penelitian bukanlah proses sekali jadi.”
Kita tidak perlu menunggu jawabannya satu abad yang akan datang. Dan juga tidak perlu menduga kepergian mereka karena bencana alam. Yang jelas mereka tidak meninggalkan wilayahnya dengan sukarela atau karena bencana alam, tetapi karena serangan yang hebat yang menghancur-leburkan wilayah mereka secara mendadak oleh tentara Majapahit, yang bertujuan menghacur-leburkan kawasan Tamblingan yang merupakan sentra industri senjata raja-raja Bali, dan sekaligus menghabisi keberadaan Pande Tamblingan yang merupakan kelompok yang menjadi biang kekuatan persenjataan tentara Bali.
Penyerbuan tentara Majapahit ke Tamblingan itu sangat mungkin dilakukan dibawah pimpinan salah seorang panglima perang Majapahit yang ikut dalam invasi penaklukan Bali, karena raja Bali; Asta Sura Ratna Bumi Banten, tidak mau tunduk kepada hegemoni Majapahit. Nama panglima perang yang ditugaskan memimpin serangan mendadak itu adalah Arya Cengceng.
Warga Pande yang masih hidup terpaksa mengungsi ke wilayah-wilayah lainnya yang aman dari jangkauan tentara Majapahit, dengan terlebih dahulu menyembunyikan prasasti-prasasti dan benda-benda lainnya yang tidak mungkin mereka bawa mengungsi. Pande Tamblingan yang merantau itu kemudian terkenal dengan sebutan ”PANDE BANGKE MAONG” dalam babad-babad Pande.
Mengapa mereka terkenal dengan sebutan Pande Bangke Maong? Ada dua versi jawabannya mengenai hal itu. Mereka disebut Pande Bangke Maong, disebabkan oleh meranen atau berbisanya senjata perang yang mereka buat. Orang yang terkena tikaman atau tersentuh saja oleh senjata bikinan mereka, konon segera mati dan mayatnya mendadak menjadi maong, kusam warnanya, berwarna kotor dan seketika bercendawan. Versi yang lain, menyatakan bahwa kata Pande Bangke Maong merupakan plesetan dari kata-kata Pande Bang Kemawon yang berarti ”Pande Merah Saja’ warna khas Pande, karena merah adalah warna Bhatara Brahma, junjungan warga Pande. Dengan istilah Pande Bang Kemawon mereka ingin menunjukkan jati diri mereka sebagai penyembah Brahma.
Sekarang marilah kita ke masalah yang sangat penting, untuk menjawab mengapa Pande Tamblingan meninggalkan daerahnya dan pergi mengungsi menyelamatkan diri ke tempat-tempat yang aman. Jawabannya adalah karena strategi perang yang dilancarkan oleh Gajah Mada dengan menghancur leburkan terlebih dahulu pusat industri senjata raja Bali, sebelum melakukan serangan frontal ke seluruh Bali. Mengapa justru wilayah Tamblingan yang dijadikan sasarang? Karena sebagai ahli strategi yang ulung, Gajah Mada melalui laporan mata-matanya, tahu betul bahwa kawasan Tamblingan adalah kawasan Pande yang sangat terkenal, dan merupakan pusat pembuatan senjata bagi raja-raja Bali sejak dulu. Kemahiran mereka yang telah mampu membuat baju besi dan mampu membikin senjata yang beracun atau berbisa, tentu merupakan keunggulan Bali dan demi memenangkan perang, pusat pembuatan senjata itulah yang harus dilumpuhkan terlebih dulu dengan sekaligus menumpas habis Pande Tamblingan yang tersohor piawai membuat alat-alat perang.
Yang ditugaskan memimpin penghancuran itu adalah Arya Cengceng yang berhasil melaksanakan tugasnya dengan gilang gemilang. Setelah Bali berhasil dijajah oleh Majapahit, dan Raja yang ditempatkan di Bali tidak mempunyai lagi Pande yang punya keahlian seperti Pande Tamblingan, karena mereka banyak yang terbunuh dan sisanya menyelamatkan diri mengungsi ke tempat-tempat yang aman, timbulah masalah baru, apa yang harus dilakukan agar Pande Tamblingan yang masih hidup yang mengungsi entah kemana, bisa dibujuk agar mau pulang kembali ke Tamblingan, membangun kembali pusat pembuatan senjata, dengan memberi jaminan keselamatan penuh dari raja bagi Pande yang mau kembali ke Tamblingan.


Sumber :
PANDE TAMBLINGAN
Tirtha Yatra Napak Tilas Pande Jaman Bali Kuno
Sebagai bekal peserta tirtha yatra ke Situs Pande Tamblingan tanggal 16 Agustus 2004
Oleh:
Made Kembar Kerepun (alm)

No comments:

Post a Comment